Oleh: dr. Aniek Rachmawati
Permasalahan yang berhubungan dengan haid
seringkali membuat kita, para wanita, cemas. Apakah haid kita normal, perlu
pengobatan, atau bahkan merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan
lebih lanjut. Untuk mengobati kecemasan ini, kita perlu sedikit mengenal
seluk-beluk gangguan yang berhubungan dengan haid, atau tepatnya pendarahan
pervaginam lainnya yang mungkin sedang kita alami.
Gangguan haid terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Gangguan ritme. Gangguan ini terbagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu:
gangguan yang sering terjadi (polimenorea), jarang terjadi (oligomenorea),
terjadinya tidak teratur dan tidak terjadi haid sama sekali (amenorea).
2. Gangguan pendarahan. Gangguan ini terbagi menjadi
beberapa macam juga, yaitu: sedikit pendarahan (hipomenorea), banyak pendarahan
(hiperme¬norea), pendarahan yang terlalu lama (menoragia) dan pendarahan bercak
(spotting). Timbulnya gangguan pendarahan menunjukkan adanya gangguan organik
(anatomis) atau gangguan endokronologik (hormonal).
Klasifikasi Gangguan Haid
Gangguan haid dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis:
A. Ditinjau dari banyaknya darah yang keluar:
1. Normal (2-5 pembalut per hari)
2. Hipermenorea/pendarahan banyak (>5 pembalut per hari)
3. Hipomenorea/pendarahan sedikit (< 2 pembalut per hari)
4. Spotting (bercak)
B. Ditinjau dari lamanya pendarahan:
1. Normal (selama 3-6 hari)
2. Menoragia (selama > 6 hari)
3. Brakimenorea (selama < 3 hari)
4. Premenstrual spotting
5. Pascamenstrual spotting
C. Ditinjau dari siklusnya:
1. Eumenorea/normal (setiap 25-31 hari sekali)
2. Polimenorea/terlalu sering (setiap < 25 hari sekali)
3. Oligomenorea/terlalu jarang (setiap > 31 hari sekali)
4. Amenorea/tidak ada pendarahan
5. Haid tidak teratur/pendarahan interval
6. Spotting pertengahan siklus
Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri haid yang timbul menjelang
atau selama haid. Dikatakan nyeri haid (dismenorea) bila nyeri yang ditimbulkan
sampai membuat wanita tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri yang terjadi
seringnya bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan dan
mudah marah. Nyeri tersebut dirasakan oleh wanita pada bagian perut dan terasa
sangat sakit (kolik).
Dismenorea dibagi dalam dua macam, yaitu: dismenorea
primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri yang muncul
segera setelah menars (sejak pertama mengalami haid), sedangkan dismenorea
sekunder nyeri yang muncul setelah beberapa bulan mengalami masa haid.
Penyebab:
Penyebab pasti dari dismenorea primer belum bisa diketahui. Akan tetapi, diduga
faktor psikis dalam hal ini sangat berperan terhadap timbulnya nyeri.
Dis¬menorea primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi.
Pada fase sekresi dijumpai kadar prostaglandin yang tinggi dalam endometrium.
Faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya
dismenorea sekunder adalah karena endome¬triosis (tumbuhnya jaringan
endometrium di luar endometrium) dan infeksi kronik genitalia interna. Wanita
yang mengalami endo¬metriosis biasanya sering merasakan nyeri ketika
bersenggama dan buang air besar, bahkan biasanya juga sulit untuk mendapatkan
anak (infertil). Kadang-kadang pada wanita ter¬tentu dijumpai endometriosis di
paru, mata, dan di pusar. Setiap mengalami haid, wanita tersebut akan
mengeluarkan darah dari paru-paru, mata atau dari pusar.
Diagnosis dapat dibuat dari keluhan-keluhan yang ada,
yang mana biasanya selalu berhubungan dengan haid. Pada kasus dugaan terhadap
endometriosis atau infeksi kronik diperlukan laparoskopi diagnostik.
Pengobatan:
Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi wanita yang
terkena dimenorea, di antaranya:
1. Jika wanita tersebut mengalami kelainan organik maka cara pengobatannya
adalah dengan menghilangkan kelainan organik tersebut terlebih dahulu, kemudian
dilakukan pengobatan sesuai dengan kelainan organik yang ada.
2. Jika dimenorea terjadi pada wanita yang masih berusia muda maka pengobatan
bisa dilakukan dengan obat-obatan spasmolitik atau anal¬gesik terlebih dahulu.
3. Jika wanita mengalami dismenorea primer, yang mana penyebabnya adalah karena
kadar prostaglandin yang terlalu tinggi dan terjadi pada siklus haid yang
berovulasi, maka pengobatannya adalah dengan antiprostaglandin dan terapi
hormon progesteron untuk mencegah ovulasi sesuai dengan petunjuk dokter
kandungan.
4. Jika wanita mengalami dismenorea sekunder, yang mana penyebabnya adalah
karena endometriosis dan infeksi kronik, maka pengobatannya adalah dengan
penyembuhan terhadap infeksi yang ada.
Sindrom Prahaid
Pada wanita usia reproduksi, tidak jarang ditemukan
keluhan-¬keluhan sebelum haid. Keluhan-keluhan tersebut misalnya: mudah lelah,
mudah marah (tersinggung), perasaan tertekan (depresi), sakit kepala (migren),
mata berkunang-kunang, kaki bengkak, rasa tidak enak di perut, nyeri pada
payudara.
Penyebab:
Penyebab dari kelainan ini belum diketahui secara pasti, masih berupa dugaan.
Diduga kelainan ini disebabkan oleh meningkatnya hor¬mon prolaktin atau karena
pengaruh hormon estrogen yang berlebihan.
Kelainan ini sering dijumpai pada wanita yang keadaan
psikisnya labil dan postur tubuhnya kurus. Diagnosis terhadap kelainan ini
dapat dilakukan dengan 2 cara:
(a) Dilihat dari keluhan yang timbul sejak 8-12 hari sebelum haid.
(b) Dengan pemeriksaan hormon prolaktin dan estrogen.
Pengobatan:
a. Untuk mencegah efek estrogen yang berlebihan bisa diberikan progesteron
sesuai petunjuk dokter.
b. Pada kadar prolaktin yang tinggi bisa diberikan bromokriptin atas petunjuk
dokter.
Pendarahan Uterus DisfungsionaI (PUD)
PUD adalah pendarahan uterus abnormal (jumlah, frekuensi, dan lamanya) yang
terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid, yang semata-mata disebabkan
oleh gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium
tanpa ada kelainan organik alat reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada
usia perimenars dan usia perimenopause.
PUD pada usia perimenars
Usia perimenars adalah usia sejak terjadinya menars hingga memasuki usia
reproduksi, yang biasanya berlangsung selama 3 sampai 5 tahun setelah menars
dan ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, baik lama maupun jumlah
darahnya. Gangguan haid yang terjadi pada usia ini tidak memerlukan pengobatan
khusus, kecuali jika pendarahan tersebut sampai menyebabkan anemia atau sampai
terjadi amenorea.
Penyebab:
Pada jenis kelainan ini, jarang sekali dijumpai kelainan organik. Yang paling
mungkin menjadi penyebabnya adalah gangguan faktor pembekuan darah dan gangguan
psikis.
Diagnostik:
Suhu basal badan atau pemeriksaan hormon FSH dan LH.
Pengobatan:
Perlu diketahui bahwa pada usia perimenars jarang terjadi ovu¬lasi. Jadi,
siklus haidnya bersifat anovulatorik, yang mana hampir dapat dipastikan bahwa
tanpa diobati pun ovulasi akan terjadi secara spontan.
Kapan pengobatan hormonal perlu dilakukan?
Pengobatan hormonal perlu dilakukan jika:
1. tidak dijumpai kelainan organik maupun kelainan darah,
2. gangguan yang terjadi sampai 6 bulan lamanya,
3. dua tahun setelah menars belum juga dijumpai siklus haid yang berovulasi,
4. pendarahan yang terjadi sampai membuat keadaan umum menjadi jelek.
Pengobatan:
Pengobatan untuk kelainan ini bisa dilakukan dengan terapi hormonal sesuai
petunjuk dokter dan perlu pengawasan sampai 6 bulan lebih.
PUD pada usia perimenopause
Perimenopause adalah usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu
sekitar menopause (usia 40−52 tahun).
Jika ada seseorang yang mengalami pendarahan atau
gangguan haid pada usia peri¬menopause, maka yang harus dicurigai adalah adanya
keganasan uterus (rahim). Oleh karena itu, pada kasus seperti ini harus
dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase terlebih dahulu. Bila hasil
pemeriksaan patologi anatomik menunjukkan adanya suatu hiperplasia endometrium
(kistik/adenometosa), maka bisa dilakukan pengobatan hormonal terlebih dahulu
sesuai anjuran dokter. Pengobatan pada umumnya berlangsung sampai 6 bulan.
Setiap 3 bulan sekali harus dilakukan mikrokuret. Bila hasil mikrokuret tidak
menunjukkan adanya perubahan terhadap pengobatan dengan hormon, maka lebih baik
dianjurkan untuk melakukan histerektomi (pengangkatan rahim).
Hipermenorea
Hipermenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah banyak, berlangsung selama
6−7 hari, dan melakukan pergantian pembalut sebanyak 5−6 kali per hari yang
setiap pembalutnya basah seluruhnya.
Penyebab:
• Bisa berupa kelainan pada uterus (rahim), seperti mioma (tumor), uterus
hipoplasia, dan lain-lain; atau terdapat infeksi pada genitalia interna (organ
reproduksi bagian dalam).
• Kelainan darah.
• Gangguan fungsional (ganguan endokrinologik/hormonal).
Diagnosis:
Pada setiap wanita yang berusia 35 tahun harus dilakukan kuretase diagnostik
untuk menyingkirkan adanya keganasan.
Pengobatan:
Bila dijumpai kelainan organik, tentu dengan sendirinya penye¬babnya dapat
dihilangkan. Pada kelainan hormonal dapat diberikan be¬berapa jenis terapi
hormon, dan jika memungkinkan bisa dilakukan pemeriksaan hormon FSH, LH dan
PRL.
Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan pergantian
pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja.
Penyebab:
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan hormon estrogen atau progesteron.
Pengobatan:
Bila siklus haid berovulasi maka tidak perlu dilakukan pengobatan apa pun.
Metroragia Pendarahan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak berhubungan
dengan siklus haid.
Penyebabnya:
Penyebab pendarahan ini adalah kelainan organik atau kelainan endokrinologik.
Pengobatan:
Untuk kelainan yang sifatnya organik, pengobatannya sesuai dengan jenis
penyebabnya. Jika terdapat kelainan hormonal, diberikan kombinasi estrogen dan
progesteron dengan aturan sesuai petunjuk dokter. Menoragia Pendarahan siklik
yang berlangsung lebih dari 7 hari (haid yang memanjang), dengan jumlah darah
kadang-kadang cukup banyak.
Penyebab:
Mirip dengan hipermenorea. Pengobatan: Sama dengan prinsip pengobatan pada
hipermenorea.
Pendarahan Prahaid dan Pascahaid
a. Pendarahan Prahaid Pendarahan yang terjadi 3-4 hari sebelum haid, berupa
pendarahan bercak (spotting).
Penyebab:
Penyebabnya diduga karena penurunan kadar estrogen prahaid. Dan perlu juga
dicurigai adanya polip serviks, atau erosi porsio.
Pengobatan:
Ada beberapa cara pengobatan hormonal, yaitu dengan pemberian estrogen,
progesteron, atau pil KB sesuai aturan dan pengawasan dokter.
b. Pendarahan Pascahaid Pendarahan ini biasanya
berlangsung sampai 7 hari.
Penyebab:
Terjadi keterlambatan dalam pelepasan endometrium, atau ter¬dapat gangguan
reepitelisasi (pembentukan kembali lapisan permukaan) endometrium. Dalam
endometrium sering dijumpai adanya infiltrasi limfosit atau leukosit (sel-sel
darah putih).
Diagnosis:
Vaginal sitologi, histologi endometrium atau pemeriksaan hor¬monal dengan cara
RIA. Pada wanita usia di atas 35 tahun perlu dilakukan dilatasi dan kuretase
bertingkat untuk menyingkirkan keganasan. Untuk mengetahui berbagai jenis
kelainan organik dan ciri-cirinya secara khusus, insya Alloh akan kita bahas
pada edisi berikutnya.
Referensi:
ENDOKRINOLOGI GINEKOLOGI, Dr. Med Ali Baziad (Sub Bagian Endokrinologi
Reproduksi Bagian Obstetri Ginekologi FKUI) dan dr. Zain Alkaff (Sub Bagian
Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri Ginekologi RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta), Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia, Jakarta: 1993